PENYALAHGUNAAN
OBAT ANTITUSIF
MAKLAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas
Mata
kuliah Farmakologi yang diampu oleh
Bapak
H.
Sutangi, S.Kp.M.Kes
oleh:
Siti
Danuaji
Sugiarti
Nabila
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
WIRALODDRA INDRAMAYU
2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................ 2
1.1. Latar
Belakang................................................................................................................. 2
1.2. Rumusan
Masalah............................................................................................................ 3
1.2. Manfaat Penulisan............................................................................................................ 3
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
2.1.Pengertian
Obat................................................................................................................. 4
2.2.Sejarah dan Perkembangan Obat....................................................................................... 4
2.3.Golongan Obat................................................................................................................... 4
2.4.Pengertian Obat Antitusif.................................................................................................. 6
2.5.Macam-macam Obat Antitusif dan Merk Dagangnya....................................................... 7
2.6.Dextrometorphan............................................................................................................. 10
2.7.Dosis Penggunaan Dextrometorphan.............................................................................. 10
2.8.Efek samping Dextrometorphan...................................................................................... 10
2.9.Penyalahgunaan Dextrometorphan.................................................................................. 10
2.2.Sejarah dan Perkembangan Obat....................................................................................... 4
2.3.Golongan Obat................................................................................................................... 4
2.4.Pengertian Obat Antitusif.................................................................................................. 6
2.5.Macam-macam Obat Antitusif dan Merk Dagangnya....................................................... 7
2.6.Dextrometorphan............................................................................................................. 10
2.7.Dosis Penggunaan Dextrometorphan.............................................................................. 10
2.8.Efek samping Dextrometorphan...................................................................................... 10
2.9.Penyalahgunaan Dextrometorphan.................................................................................. 10
BAB III
PENUTUP............................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................... 13
3.2. Saran................................................................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................... 13
3.2. Saran................................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak masa prasejarah manusia sudah
menggunakan berbagai macam zat untuk mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah
kondisi kesadaran. Terlepas dari konsekuensi mengkonsumsi zat-zat semacam itu
yang sering kali sangat merusak, efek awalnya biasanya menyenangkan, suatu
faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.
Orang-orang
yang menyalahgunakan obat-obatan seperti obat dextro mengalami kerugian yang
sangat besar karenanya hubungan pribadi
yang sangat dekat seringkali hancur, dan performa kerja sangat menurun.
Kerugian karena penyalahgunaan obat termasuk kematian dini para
penyalahguna,kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.
Pada tahun 1999, di Amerika Serikat
hampir 15 juta orang menuturkan bahwa mereka menggunakan obat terlarang pada
bulan sebelumnya. Selain itu, 105 juta orang Amerika yang berusia di atas 12
tahun menuturkan bahwa mereka mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis, dan 45
juta orang Amerika menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode minum
berlebihan (minum 5 gelaas atau lebih) dalam 30 hari terakhir (SAMHS,2000)
Di
tengah gencarnya pemerintah meningkatkan pendidikan bangsa, merebaknya
penyalahgunaan dextro dikalangan pelajar menjadi ironi tersendiri. Pendidikan
yang seharusnya bisa menjadi benteng sebelum seseorang terjerumus dalam dekapan
dextro, ternyata berfungsi kurang sempurna kalau tidak boleh dikatakan
tertinggal selangkah dibandingkan gerakanpara gengster dekstro.
Pil dekstro bukanlah narkoba dan
hanya obat antibatuk yang bekerja pada pusat batuk di otak. Tapi ketika secara
jelas tercandu dekstro, pada akhirnya seseorang akan menjadi generasi hilang
akal dan kehilangan produktifitas layaknya orang-orang normal bahkan ada yang
sampai tewas. Pil dekstro adalah bahan aktif dalam obat batuk “over the
counter” (OTC), atau dapat dibeli secara bebas tanpa resep di toko obat.
Penggunaan obat batuk jenis ini telah disetujui pada 1958. Di dalam obat batuk,
DMP biasanya berupa kombinasi dengan jenis obat lainnya seperti parasetamol
(antinyeri, antidemam), CTM (antihistamin), pseudoefedrin/fenipropanolamin
(dekongestan), atau guafenesin (ekspektoran).
Bila dikonsumsi dalam dosis yangs
esuai pil dekstro bermanfaat untuk menekan batuk dan penurun demam.
Dextromethorphan bekerja dengan cara menaikan ambang batas rangsang batuk. Hal
ini berarti dextromethorphan bekerja pada otak dan bukan pada saluran penapasan
seperti bebrapa obat sejenis lainnya. Efek overdosis dextromethorphan dengan
kadar konsumsi 100-200mg, adalah stimulasi ringan. Konsumsi 200-400mg, euforia
dan halusinasi. Konsumsi 300-600, gangguan penglihatan dan hilangnya koodinasi
gerak tubuh. Konsumsi 5000-1500mg, sedasi disosiatif (perasaan bahwa jiwa dan
raga terpisah).
Efek overdosis dextromethorphan pada
tubuh bisa berupa bicara kacau, gangguan berjalan, gampang tersinggung,
berkeringat dan bola mata berputar-putar. Komplikasi yang timbul dapat berupa
peningkatan tekanan darah karena keracunan parasetamol, gangguan saraf dan
sistem kardiovaskuler akibat keracunan CTM.
Saat ini generasi-generasi tak sehat
karena dekstro terus bertambah karena mengingat begitu mudah dan murah di dapat
di apotek-apotek dengan harga seribuan rupiah untuk sepuluh butir tanpa resep.
Sehingga karena kebebasan membeli itu m,embuat para pecandu dekstro bisa
mengkonsumsi diatas 200mg agar sampai pada sensasi euforia dan halusinasi yang
akan menimbulkan rasa bahagia dan lupa terhadap masalah yang sedang mereka
hadapi.
Kasus
penyalahgunaan obat batuk dengan kandungan dextrometorphan sering
disalahgunakan karena dapat menyebabkan euforia dan rasa tenang (seperti halnya
psikotropika) ketika digunakan dalam dosis besar. Selain itu, obat ini juga
dapat dibeli secara bebas sehingga “dianggap” obat yang aman.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan berbagai permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaiman
ejarah perkembangan obat?
2.
Bagaimana pencegahan penyalahgunaan
obat-obat dextro?
3.
Bagaimana dengan kasus penyalahgunaan
obat dekstro yang terjadi di masyarakat?
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi
Penulis
Dapat menambah wawasan
tentang penyalahgunaan obat dextrometorphan (DMP) serta memberikan bahan acuan
bagi penelitian lebih lanjut terkait penyalahgunaan obat dextrometorphan
b.
Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat lebih
mengetahui dan memahami informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat
dextro cara penanganannya di masyarakat
c.
Bagi dunia pendidikan
Dapat digunakan sebagai
data-data ilmiah untuk bahan pembelajaran pelajar maupun mahasiswea mengenai
penyalahgunaan obat dextro.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Obat Secara Umum
Obat adalah semua bahan tunggal atau
campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh
guna mencegah,meringankan,dan menyembuhkan penyakit.
2.1.1 Pengertian Obat Secara Khusus
§ Obat jadi adalah obat dalam keadaan
murni atau campuran dalam bentuk
serbuk,tablet,pil,kapsul,supositori,cairan,salep,atau bentuk lainnya yang
secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
§ Obat paten,yaitu obat jadi dengan
nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam
bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
§ Obat baru yaitu oba-obat yang berisi
zat ,baik yang berkhasiat maupun tidak berkasiat maupun tidak berkasiat seperti
lapisan pengisi,pelarut,pembantu atau komponem lain yang belum dikenal sehingga
tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
§ Obat asli yaitu obat yang didapat
langsung dari bahan-bahan alamiah indonesia,diolah secara sederahana
berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisioanal.
2.2 Sejarah Obat
Obat yang pertama digunakan ialah obat yang berasal dari
tanaman yang lebih dikenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat nabati
ini digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang seringkali
berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya.
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli kimia mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman, sehingga menghasilkan serangkaian zat-zat kimia sebagai obat, misalnya : efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris ; atropin dari Atropa belladona ; morfin dari Papaver somniferum ; digoksin dari Digitalis lanata ; reserpin dari Rauwolfia serpentina, dsb.
Perkembangan sintetis obat baru dimulai pada abad XX dengan dibuatnya sintetis-sintetis seperti : asetosal disusul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendrobakan sejati baru dicapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapetik sulfanilamid (1935) dan penisilin (1940). Sejak tahun 1945 Ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembangan dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang
Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli kimia mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman, sehingga menghasilkan serangkaian zat-zat kimia sebagai obat, misalnya : efedrin dari tanaman Ephedra vulgaris ; atropin dari Atropa belladona ; morfin dari Papaver somniferum ; digoksin dari Digitalis lanata ; reserpin dari Rauwolfia serpentina, dsb.
Perkembangan sintetis obat baru dimulai pada abad XX dengan dibuatnya sintetis-sintetis seperti : asetosal disusul kemudian dengan sejumlah zat-zat lainnya. Pendrobakan sejati baru dicapai dengan penemuan dan penggunaan obat-obat kemoterapetik sulfanilamid (1935) dan penisilin (1940). Sejak tahun 1945 Ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembangan dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang
sistematis dari obat-obat baru.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno makin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.
Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih 500 macam obat setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno makin terdesak oleh obat-obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat modern tersebut.
2.3 Penggolongan Obat (Lengkap)
Ilmu
Farmasi : Penggolongan
obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
1.
Penggolongan
obat berdasarkan jenisnya
2.
Penggolongan
obat berdasarkan mekanisme
kerja obat
3.
Penggolongan
obat berdasarkan tempat
atau lokasi pemakaian
5.
Penggolongan
obat berdasarkan efek yang
ditimbulkan
6.
Penggolongan
obat berdasarkan daya kerja
atau terapi
7.
Penggolongan
obat berdasarkan asal obat
dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang
paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita langsung membahas
penggolongan obat.
2.3.1 Penggolongan obat berdasarkan jenis
Penggolongan
obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel
sebelumnya, antara lain :
§ obat bebas
§ obat bebas
terbatas
§ obat keras
§ obat
psikotropika dan narkotika.
2.3.2 Penggolongan obat
berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi
menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
§
obat
yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik
§
obat
yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan
serum.
§
obat
yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
§
obat
yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh
vitamin dan hormon.
§
pemberian
placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada
pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro
injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik,
sedatif, dan lain lain.
2.3.3
Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi
menjadi 2 golongan :
§ obat dalam yaitu
obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol
tablet
§ obat luar yaitu
obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll
2.3.4 Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi
menjadi beberapa bagian, seperti :
§
oral
: obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
§
perektal
: obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh
pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
§
Sublingual
: Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap,
hormon-hormon
§
Parenteral
: obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena,
subkutan, intramuskular, intrakardial.
§
langsung
ke organ, contoh intrakardial
§
melalui
selaput perut, contoh intra peritoneal
3.5 Penggolongan
obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibagi menjadi 2
:
·
sistemik
: obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
·
lokal
: obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
3.6 Penggolongan
obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi
menjadi 2 golongan :
·
farmakodinamik
: obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan
vitamin
·
kemoterapi
: obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit,
mempunyai daya kerja kombinasi.
3.7 Penggolongan
obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi
menjadi 2 :
·
Alamiah
: obat obat yang berasal dari
alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
·
Sintetik : merupakan cara pembuatan obat
dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan
dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.
2.4.
Antitusif
Antitusif adalah obat yang digunakan untuk mengurangi gejala batuk akibat berbagai
sebab termasuk infeksi virus pada saluran napas
atas. Obat ini tidak dianjurkan
untuk pemakaian kronik. Obat antitusif terbagi menjadi dua
kelas yaitu obat perifer dan sentral. Obat perifer bekerja dengan menurunkan
sensitifitas reseptor batuk di paru. Bentuk yang paling umum pada golongan
ini adalahantihistamin. Difenhidramin paling sering
digunakan dan ditemukan dalam beberapa sediaan obat batuk yang dijual bebas. Obat yang bekerja sentral bekerja pada
pusat batuk yang berlokasi di medulla. Obat ini menghilangkan batuk dengan
menurunkan stimulusbatuk. Dua obat-obatan yang sering digunakan
yaitu kodein dan dekstrometorfan. Keduanya sangat efektif untuk
mengurangi batuk. Dekstrometorfan sama efektifnya dengan kodein, tetapi bukan
merupakan golongan narkotik dan oleh karena itu tidak menimbulkan habituasi atau
ketergantungan. Antitusif yang
menekan batuk dengan mekanisme sentral contohnya adalah kodein,
dekstrometorfan, difenhidramin, hidrokodon, dan hidromorfon. Antitusif yang bekerja secara sentral
dapat menimbulkan depresi sistem
saraf pusattambahan bila digunakan
bersama depresan sistem saraf pusat lainnya.
2.5
Macam-macam Obat Antitusif dan Merk Dagangnya
Tabel-1 berikut bisa Anda jadikan sebagai panduan
ringkas dalam memilih obat batuk.
Jika batuk Anda
|
Pilihlah yang
mengandung
|
Contoh senyawa
obat
|
|
Kering (tanpa
disertai dahak)
|
Antitusif
|
Dekstrometorfan,
noskapin
|
|
Disertai dahak
|
Ekspektoran
|
Bromheksin,
gliseril guajakolat (GG, atau guaifenesin), ambroksol, karbosistein, atau
ammonium klorida
|
|
Akibat alergi
dan disertai dengan hidung meler
|
Antihistamin
|
Difenhidramin,
klorfeniramin maleat (CTM), doksilamin, feniramin, atau tripolidin
|
|
Disertai
dengan penyumbatan hidung
|
Dekongestan
|
Fenil
propanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, etilefedrin, atau fenilefrin
|
Tabel di atas hanya memberi contoh jenis obat tapi tidak menyebutkan
nama dagang. Agar tabel-1 bisa diaplikasikan ketika Anda berada di apotek,
tabel-2 bisa Anda gunakan sebagai simulasi mengenali komposisi dan cara kerja
berbagai obat batuk. Penyebutan nama merek dagang sama sekali bukan dimaksudkan
sebagai iklan atau antiiklan. Tujuan penyebutan merek dagang semata-mata agar Anda lebih mudah mengaitkannya dengan nama-nama produk yang mungkin biasa
Anda konsumsi. Pemilihan merek
dagang terserah Anda.
Tabel-2: Contoh komposisi dan contoh merek
dagang obat batuk:
|
Perhatikan,
makin ke bawah makin banyak komposisinya, dan tentu saja makin besar
kemungkinan efek samping dan mudaratnya. Perhatikan juga dosis per takaran.
Sekalipun obatnya tunggal atau hanya berisi dua macam, bisa saja risiko efek
sampingnya lebih tinggi jika dosisnya tinggi. Sebagai contoh, dosis
wajar dekstrometorfan adalah 10 mg per takaran untuk orang dewasa. Jika
dosisnya sampai 15 mg per takaran, kemungkinan timbulnya efek samping juga
lebih tinggi. Selain itu, produk obat batuk juga kadang berisi dua obat yang
khasiatnya sama, misalnya sama-sama ekspektoran atau sama-sama punya efek
menekan batuk. Jika keduanya digabung, khasiatnya memang akan lebih kuat,
tapi pada saat yang sama, risiko efek sampingnya tentu juga lebih besar.
|
|
|
Komposisi
|
Merek dagang
|
Penekan batuk
|
Romilar,
Bisoltussin, Code, Dexitab, Metorfan, Siladex Antitussif, Zenidex, Mercotin
|
Pengencer dahak
|
Bisolvon,
Mucopect, Bisolvon Extra, Woods Expectorant, Woods Peppermint Child, Ambril, Brolexan,
Bromifar, Bronex, Broncozol, Bronchopront, Broxal, Dexolut, Epexol,
Extropect, Erphahexin, Farmavon, Hexolyt, Gunapect, Graxine, Hustab P,
Interpec, Lapimuc, Lexavon, Limoxin, Mucera, Mucotab, Mucohexin, Mucosulvan,
Mucoxol, Sohopect, Silopect, Solmux, Solvax, Solvinex, Thephidron, Transmuco
|
Penekan batuk
& antialergi
|
Vicks formula
44, Woods Antitussive, Contrexyn Batuk Tidak Berdahak, Dextromex, Konidin,
Scanidi, Tusilan
|
Penekan batuk
& pelega hidung
|
Benadryl DMP
Child, Bantif Child, Kemodryl DMP Child, Oskadryl, Triaminic Batuk
|
Penekan batuk
& pengencer dahak
|
Romilar
Expectorant, Vick Anak Formula 44
|
Pengencer dahak
& antialergi
|
Allerin,
Cohistan Expectorant, Dantusil, Decadryl Expectorant, Benadryl Cough,
Hufadryl, Ikadryl, Koffex, Kemodryl, Sanadryl, Toplexil
|
Pengencer dahak
& pelega hidung
|
Sudafed
Expectorant, Triaminic Expectorant
|
|
Penekan batuk,
antialergi & pelega hidung
|
Actifed DM,
Actifed Plus Cough Suppressant, Alco Plus DMP, Bronchophen, Erphakaf,
Lapifed DM, Primadryl Plus, Siladex Cough & Cold
|
Pengencer dahak,
antialergi & pelega hidung
|
Actifed
Expectorant, Allerin Expectorant, Bufagan Expectorant, OBB, Triadex
Expectorant
|
Penekan batuk,
pengencer dahak & antialergi
|
Polaramine
Expectorant, Benacol DTM, Codecon, Grantusif, Kalibex, Komix, Sanadryl DMP
|
Penekan batuk,
pengencer dahak, antialergi & pelega hidung
|
Benadryl DMP,
Anakonidin, Cosyr, Cough EN Plus, Dextral, Ersylan, Ikadryl DMP, Kemodryl
Plus DMP, Mixadin, Mucotussan, Pyridryl Plus, Quelidrine, Lapifed
Expectorant, Tuseran, Tussigon
|
|
|
|
Dari Tabel-2 ini Anda bisa melihat
cara kerja masing-masing obat batuk. Masing-masing obat batuk punya cara kerja
yang berbeda-beda. Jadi, tidak ada obat batuk yang paling manjur. Tiap kali
Anda mau minum obat batuk, selalu biasakan lihat dulu kemasannya. Baca apa saja
isinya supaya Anda bisa tahu bagaimana cara kerjanya. Jangan percaya kalau ada
yang menyebut satu merek dagang sebagai obat yang paling manjur.
Sama seperti obat flu-pilek, obat
batuk sebetulnya juga dibuat untuk orang dewasa, dan tidak dianjurkan untuk
diberikan pada anak-anak, terutama di bawah usia dua tahun.
2.5.1
Obat Batuk Hitam
Salah satu produk obat batuk yang
cukup populer di Indonesia adalah Obat Batuk Hitam (OBH). Obat ini termasuk
golongan obat tradisional yang berisi Succus
liquiritiae, ekstrak tanaman akar manis (Glycyrrhiza glabra). Secara
empiris, ekstrak tanaman ini berkhasiat meredakan batuk meskipun mekanisme
kerjanya belum diketahui secara detail seperti mekanisme kerja dekstrometrofan
atau bromheksin.
2.5.2
Obat Batuk Cair vs. Padat
Secara umum, obat batuk cair (sirup) lebih mudah diserap daripada bentuk
padat (tablet atau kapsul). Ini karena dalam sediaan cair, senyawa obat sudah
berada dalam bentuk molekul terkecilnya. Sementara yang bentuknya padat
memerlukan waktu untuk dipecah menjadi satuan-satuan kecil.
Namun kelemahannya, obat cair lebih mudah terurai dibandingkan obat
padat selama masa penyimpanan. Karena itu saat membeli, pastikan batas
kedaluwarsanya masih lama. Soal khasiat, keduanya tidak berbeda sepanjang
memenuhi persyaratan minimal standar obat yang baik.
2.5.3 Obat Batuk Sapu Jagat
Pada umumnya kita fanatik pada satu
merek obat untuk semua jenis batuk. Ini bukanlah kebiasaan yang baik. Akan
lebih baik jika memilih obat sesuai dengan gejalanya, bukan obat “sapu jagat”
yang berisi semua golongan di atas.
Semakin banyak obat yang masuk ke
dalam tubuh, semakin banyak efek samping yang terjadi. Sebagai contoh, jika
batuk tidak disertai dengan penyempitan saluran napas, pemakaian PPA hanya akan
menambah efek samping jantung berdebar, dan bahkan peningkatan tekanan darah
yang bisa membahayakan penderita hipertensi. Kebiasaan minum obat sapu jagat
sebaiknya dihindari, terutama untuk anak-anak.
Yang tak kalah penting untuk
diingat, batuk bisa menyertai berbagai penyakit, seperti flu, alergi, asma,
bronkitis, TBC, pneumonia (radang paru), atau infeksi lain. Karena itu jika
batuk berlangsung lebih dari seminggu dan tidak berhenti meskipun sudah diobati
macam-macam, ingat pesan iklan, “Segera hubungi dokter”.
2.6. Dextromethorphan
Dextromethorphan (DMP) diindikasikan untuk
meredakan gejala batuk kering karena besifat menekan batuk (antitusif). DMP
merupakan turunan dari kodein, namun tidak memiliki efek penghilang nyeri
atau potensi ketergantungan. Efek DMP hampir sama dengan kodein, namun efek
samping DMP lebih sedikit dan ringan.
DMP
dapat memicu reaksi alergi sehingga kontraindikasi relatif DMP adalah orang
dengan riwayat alergi (asma, biduran); DMP pada orang seperti ini boleh
digunakan hanya jika sangat diperlukan. DMP diberikan untuk ibu hamil hanya
jika sangat diperlukan dan dengan perhatian khusus pada efek samping. DMP
meningkatkan potensi obat golongan monoamine oxidase inhibitor (seperti selegiline,isocarboxazid, moclobemide, dan sebagainya) sehingga dianjurkan tidak
dipakai bersamaan. Selain itu, DMP mengandung aspartam sehingga
dikontraindikasikan pada penderita fenilketonuria.
2.7 Dosis Dextromethorphan
Tablet :
·
Dewasa : 1 tablet tiap 4 jam atau 2
tablet tiap 6 jam, maksimum sehari 8 tablet.
·
Anak-anak : 1 mg/kg BB dibagi dalam 3-4 kali
pemberian per hari.
Syrup :
·
Dewasa : 1-2 sendok teh tiap 4 jam
atau 3 sendok teh tiap 6 jam maksimum 12 sendok teh sehari
·
Anak-anak : 1 mg per kg berat badan dibagi
dalam 3-4 kali pemberian perhari.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
·
Tidak
dianjurkan untuk batuk yang berdahak, pertusis dan asma bronkial.
·
Tidak
dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun kecuali atas petunjuk dokter.
·
Hati
– hati pada penderita gangguan fungsi hati, sedasi, debil dan hipoksik.
2.8 Efek Samping
Efek samping DMP pada dosis yang
dianjurkan antara lain mual, muntah, konstipasi, mengantuk, pusing, dan
pandangan kabur. Namun, pada dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan
penekanan susunan saraf pusat, halusinasi, demam, peningkatan atau penurunan
tekanan darah, gangguan penglihatan, kram otot, diare, dan pingsan.
2.9
Penyalahgunaan Dextromethorphan
Di
tengah gencarnya pemerintah meningkatkan pendidikan bangsa, merebaknya
penyalahgunaan dekstro (Dextromethorphan) di kalangan
pelajar menjadi ironi tersendiri. Pendidikan yang seharusnya bisa menjadi
benteng sebelum seseorang terjerumus dalam dekapan dekstro, ternyata berfungsi
kurang sempurna kalau tidak boleh dikatakan tertinggal selangkah dibandingkan
gerakan para gengster dekstro.
Pil dekstro sejatinya bukan narkoba dan hanya obat
antibatuk yang bekerja pada pusat batuk di otak. Tapi ketika secara jelas
tercandu dekstro, pada akhirnya seseorang akan menjadi generasi hilang akal dan
kehilangan produktivitas layaknya orang-orang normal bahkan ada yang sampai
tewas.
Pil
dekstro (dextromethorphan/DMP) adalah bahan aktif dalam obat batuk “over
the counter” (OTC), atau dapat dibeli secara bebas tanpa resep do toko
obat. Penggunaan obat batuk jenis ini telah disetujui pada 1958. Di dalam obat
batuk, DMP biasanya berupa kombinasi dengan jenis obat lainnya seperti parasetamol
(antinyeri, antidemam), CTM (antihistamin), pseudoefedrin/fenilpropanolamin
(dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran).
Bila
dikonsumsi dalam dosis yang sesuai pil dekstro bermanfaat untuk menekan batuk (antitusif)
dan penurun demam. Dextromethorphan bekerja dengan cara menaikan ambang batas
rangsang batuk. Hal ini berarti dextromethorphan belerja pada otak dan bukan
pada saluran pernapasan seperti beberapa jenis obat lainnya.
Efek overdosis dextromethorphan dengan kadar konsumsi
100-200mg, adalah stimulasi ringan. Konsumsi 200-400mg, euforia dan halusinasi.
Konsumsi 300-600mg, gangguan penglihatan dan hilangnya koodinasi gerak tubuh.
Konsumsi 500-1500mg, sedasi disosiatif (perasaan bahwa jiwa dan raga terpisah).
Efek
overdosis dextromethorphan pada tubuh bisa berupa bicara kacau, gangguan
berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-putar (nistagmus).
Komplikasi yang timbul dapat berupa peningkatan tekanan darah karena keracunan pseudoefedrin,
kerusahan hati karena keracunan parasetamol, gangguan saraf dan seistem
kardiovaskuler akibat keracunan CTM. Alkohol atau narkotika lain yang tertelan
bersama DMP dapat meningkatkan efek keracunan dan bahkan menimbulkan kematian.
Saat
ini generasi-generasi tak sehat karena dekstro terus bertambah karena mengingat
begitu mudah dan murah didapat di apotek-apotek dengan harga seribuan rupian
untuk sepuluh butir tanpa resep. Sehingga karena kebebasan membeli itu membuat
para pecandu dekstro bisa mengkonsumsi diatas 200 miligram agar sampai
pada sensasi euforia dan halusinasi yang akan menimbulkan rasa bahagia dan lupa
terhadap masalah yang sedang mereka hadapi.
§
Ketika
mereka lupa pada permasalahan yang mereka hadapi, pada saat yang sama negara
juga sedang lupa kalau ada generasi yang hilang. Beberapa kasus tragis yang
melibatkan pil dekstro di Jawa Barat tergambar seperti berikut:23 Maret 2009,
Kab.Bandung, Dua orang remaja, Aceng (18) dan Maman (18), ditemukan tewas
akibat penyalah gunaan obat batuk dekstro.
§
31 Maret
2009, Kab. Ciamis, Saefudin (17), warga Citeureup, Kec. Kawali, Kab. Ciamis,
tewas setelah menelan tiga butir obat daftar G, dekstro yang dicampur dengan
minuman penambah stamina. Sementara rekannya, Nana Sumpena (23), pingsan dan
muntah setelah menelan 20 butir obat dekstro.
§
Akhir Maret
2009, Kota Bandung, Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung
mencatat dalam waktu 10 hari berturut-turut sejak 21 Maret 2009 terdapat 12
pasien akibat keracunan dekstro.
§
1 April
2009, Kab. Bandung, Seorang remaja, Komara (15) ditemukan tewas
terlentang di kebun sayuran dengan hidung dan mulut korban mengeluarkan
darah segar setelah menenggak puluhan dekstro.
§
4 April
2009, Kota Banjar, Topan alias Olive, warga Tuguraja Kec. Cihideung
Tasikmalaya tewas akibat overdosis pil dekstro.
§
8 April
2009, Kab. Kuningan, Seorang siswa kls VI SD tewas dan dua lainnya kritis
setelah menelan obat dekstro yang dioplos dengan mnimuan keras jenis vodka.
§
14 April
2009, Kab. Sumedang, ae dan Td, dua siswa SLA swasta di Sumedang tewas karena overdosis
setelah menenggak minuman keras yang dicampur obat batuk dekstro.
§
19 April
2009, Kota Bandung, Seorang remaja W (18) tak sadarkan diri setelah menelan 30
pil dekstro, pasien sudah setahun memakai obat tersebut.
§
4 Mei 2009,
Kota Bandung, Seorang rmaja 12 tahun masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dengan gangguan napas dan kesadaran
setelah menenggak pil dekstro.
§
9 Mei 2009,
Kab. Tasikmalaya, dua pelajar SMP kelas IX Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya,
tewas diduga karena overdosis setelah mengonsumsi pil dekstro sejumlah 60
butir.
§
30 Agustus
2010, Kota Tasikmalaya, Ri alias Ya (22) seorang pengamen tewas setelah menelan
150 butir pil dekstro selama dua hari beturut-turut.
§
16 September
2010, Kab. Tasikmalaya, dua pelajar tewas setelah diduga karena menelan
obat-obatan jenis dekstro sebanyak 20 butir tiap orang.
§
19 Mei 2011,
Tasikmalaya, Seorang remaja 16 tahum tewas setelah menelan 16 butir dekstro
yang dicampur dengan rokok berbahan dasar tanaman liar, bunga dan daun
kecubung, dan minuman tuak.
§
14 November
2011, Kab. Cirebon, Sedikitnya seratus warga Blok Silampit Desa Setu Patok Kec.
Mundu berusia 13-30 tahun mencandu pil dekstro (dextromethorphan) selama
betahun-tahun. Para pecandu itu bahkan tak segan-segan mencekoki warga lainnya
yang berumur sembilan tahunan minum dekstro sehingga memungkinkan bertambahnya
jumlah pecandu.
§
24 November
2011, Kab. Tasikmalaya, seorang pelajar nyaris tenggelam setelah mabuk-mabukan
dan mengonsumsi pil dekstro. Pelajar tersebut menceburkan diri ke sungai
setelah gurunya mendatangi warung tempat ia mabuk-mabukan.
Semoga
dengan memahami dextromethorpan atau dekstro, kita bisa lebih bijak
menghormati kesehatan otak dan tubuh kita. Betapapun, kesehatan adalah harta
tak ternilai yang telah dianugerahkan Tuhan yang patut kita syukuri dan
kita rawat. Lebih jauh dari itu, kita bisa ikut menjaga hilangnya akal
sehat pada satu generasi berikutnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dextrometorphan (DMP) adalah zat
aktif dalam bentuk serbuk berwearna putih, yang berkhasiat sebagai antitusif
atau penekan batuk. Obat yang mengandung dextrometorphan tersedia dipasar dalam
berbagai bentuk sediaan seperti sirup, tablet, spray dan lozenges.
Dextrometorphan banyak dijual diberbagai tempat, nmaun dosis penggunaannya
memang telah dibatasi dan tidak tepat jika digunakan melebihi dosis yang di
anjurkan, danmmengingat statusnya pernah
sebagai Obat Keras, maka tetap perlu kehati-hatian dan idak serta merta menganggapnya
aman.
Pengertian penyalahgunaan obat itu
sendiri merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan tidak untuk tujuan
mengobati penyakit, akan tetapi digunakan ungtuk mencari atau mencapai
kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa. Terkait dengan semakin
maraknya penyalahgunaan dextrometorphan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas atau dimasukan kedalam kapsul
atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin dll.
Untuk mencegah meningkatnya dampak
buruk akibat penyalahgunaan dekstro ini diperlukan peran tenaga
kesehatan(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.
3.2 Saran
Di era modern ini, obat-obat yang
disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi didapatkan. Bahkan obat-obat yang
beredar dipasaran terkadang disalahgunakan oleh banyak remaja saat ini seperti
penyalahgunaan dextrometorphan. Untuk itu sebagai tenaga medis, sebaiknya harus
memahami penyalahgunaan dextro yang marak terjadi di masyarakat dan tentu juga
cara penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan obat dextro tersebut.
Dan yang lebih utama, kita dapat
lebih bijak menghormati kesehatan otak dan tubuh kita. Betapapun, kesehatan
adalah harta tak ternilai yang telah di anugrahkan Tuhan yang patut kita
syukuri dan kita rawat. Lebih jauh dari itu, kita bisa ikut menjaga hilangnya
akal sehat pada satu generasi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar